Selasa, 30 Oktober 2007

Paspor Biometrik Tetap Mudah Dipalsukan

Paspor Biometrik Tetap Mudah Dipalsukan
JAKARTA - Paspor biometrik atau populer dengan sebutan e-Paspor kini diadopsi berbagai negara demi menjaga kemungkinan pemalsuan. Jangan salah, paspor dengan teknologi canggih ini tetap berisiko dipalsukan. Proses kloning e-Paspor ini bahkan hanya memakan waktu lima menit.Teknologi biometrik memang sudah diadopsi di nyaris semua negara dalam pembuatan paspor. Dengan e-Paspor ini, jika kita kehilangan buku berharga itu, dengan mudah dapat dilacak keberadaannya. Konon teknologi ini juga membuat paspor sulit dipalsukan karena dilengkapi chip komputer yang berisi data lengkap pemiliknya. Tapi jangan salah, makin canggih suatu teknologi, makin canggih pula kiat orang untuk mengakalinya. Dibeli di eBayAdalah Lukas Grunwald dan Christian Bottger asal Inggris yang menyadari bahwa e-Paspor dapat dengan mudah dikloning. Bagaimana caranya? Chip yang ada di dalam e-Paspor merupakan chip Radio Frequency Identification (RFID), yakni serupa dengan chip yang digunakan dalam barkod barang-barang di pasar swalayan. Chip ini memungkinkan pemindaian semua data dengan mesin pemindai di komputer. Teknologi yang selintas tampak andal ini justru memiliki kelemahan. Grunwald mampu mengunduh semua data di paspornya menggunakan pemindai RFID yang dibelinya seharga 300 euro melalui eBay. Alat bernama Golden Reader Tool tersebut adalah peranti lunak yang dipakai oleh polisi penjaga perbatasan negara untuk membaca data yang tersimpan dalam e-Paspor, termasuk foto.Grunwald kemudian mengembangkan alat yang lebih andal lagi, RFdump. Dengan alat temuannya itu, ia mampu mengunduh semua data di dalam e-Paspor dan memindahkannya ke dalam komputer, lantas dimasukkan ke dalam chip lain. Cukup dengan menggunakan komponen standar yang bisa dibeli di toko komponen, e-Paspor dapat dikloning dalam tempo lima menit saja. Hasil kloningan Lucas tidak bisa dibedakan dengan paspor asli.Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Inggris belum menyadari betapa mudahnya orang mampu mengakses informasi yang tersimpan di dalam chip. “Kami lihat masih cukup sulit orang mengakses informasi di dalam chip. Selain itu, informasi yang tersimpan sama saja dengan yang tertera di halaman data pribadi. Berarti dengan menggandakan data di chip ini bukan berarti siapa saja dapat menggunakannya secara ilegal,” ungkap juru bicara Depdagri Inggris seperti yang dikutip BBC News, baru-baru ini. Jejaring PakarPaspor biometrik Inggris didesain sedemikian rupa sehingga sulit digandakan secara virtual. Menurut Grunwald dari perusahaan konsultan DN-Systems, pemilik e-Paspor tetap harus waspada untuk tidak sembarangan menyerahkan paspornya kepada siapa saja. “Hampir semua negara mengatakan bahwa paspor jenis ini sangat aman. Sangat sedikit yang memperingatkan warganya bahwa teknologi biometrik tetap berpotensi dipalsukan atau dicuri datanya,” demikian Grunwald.Rekannya, Christian Böttger menekankan bahwa ada banyak kecacatan teknik di dalam sistem ini dan itu terlupakan begitu saja. Semestinya teknologi ini membutuhkan level keamanan yang lebih tinggi, sayangnya justru itu tidak diberlakukan. Uni Eropa telah membentuk jejaring pakar keamanan Teknologi Informasi (TI) demi menjaga validitas e-Paspor. Para pakar yang tergabung dalam Future of Identity in the Information Society (FIDIS) mengatakan bahwa pemerintah negara-negara Eropa telah menerbitkan dokumen peringatan bagi warganya agar meingkatkan kewaspadaan dengan kian merebaknya kasus pencurian identitas.Chip RFID memang dapat dipindai dari jarak agak jauh dan dilacak tanpa disadari oleh pemiliknya. Ini sama saja dengan menuliskan nomor PIN ke bagian belakang kartu pembayaran. Yang paling penting saat ini adalah setiap instansi pembuat paspor tidak memasukkan data-data dan informasi detail pemilik paspor ke dalam chip tersebut.

Tidak ada komentar: